Rabu, 04 November 2009

Perilaku dan sifat

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .

Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat betawi sangat menghargai pluralisme. hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi dan pendatang dari luar Jakarta.

Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). namun tetap ada optimisme dari masyarakat betawi generasi mendatang yang justreu akan menopang modernisasi tersebut.

Kepercayaan

Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Seni dan kebudayaan

Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.

Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.

Si Pitung jwaranya orang betawi



Bagi orang Betawi (Jakarta), Si Pitung adalah seorang jawara, jago silat dan sekaligus juga pahlawan, tetapi orang Belanda di jaman kolonial sekitar abad 18 menyebutnya sebagai perampok.

Banyak cerita beredar tentang tokoh pemuda tersebut, yang sosoknya pernah diperankan oleh Dicky Zulkarnaen (almarhum) dalam film Si Pitung (1975).

Legenda tentang jawara Betawi itu akan dipentaskan lewat sendratari Si Pitung di Blandongan Anjungan DKI Jakarta di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Minggu, 29 Juni 2008, pukul 20.00 WIB.

Si Pitung memang merampok, tetapi ia melakukannya untuk membantu rakyat miskin yang menderita akibat penindasan para tuan tanah di Betawi pada jaman kolonial, kata H. Sumarno, Kepala Anjungan DKI Jakarta saat berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu.

Sendratari Si Pitung, katanya, merupakan suguhan utama Paket Acara Khusus Anjungan DKI Jakarta yang digelar dalam rangka memeriahkan peringatan HUT ke-481 Ibukota Jakarta.

Selain bertujuan melestarikan seni tari tradisional Betawi, pertunjukan itu juga dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.

Apalagi saat ini kita sedang memperingati 100 tahun kebangkitan nasional, kata Sumarno.

Sisa-sisa peninggalan kisah kepahlawanan Si Pitung sampai saat ini masih bisa dilihat di daerah Marunda Pulo, Jakarta Utara, tepatnya di sebuah rumah panggung terbuat dari bahan kayu yang disebut Rumah Si Pitung.

Pitung bukanlah orang asli Marunda Pulo. Rumah bercat merah yang menggunakan namanya merupakan tempat pertemuan Pitung dengan kawan-kawannya, dan juga sebagai tempat ia bersembunyi dari kejaran tentara kompeni.

Pitung belum menikah ketika meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai keturunan satu orang pun.

Menurut cerita, Si Pitung ini leluasa menghadapi tentara kompeni karena tubuhnya kebal, tidak mempan ditembak. Tapi setelah kelemahannya ketahuan, ia tewas ditembak dengan peluru emas, kata Sumarno.

Rencananya, pertunjukan sendratari Si Pitung akan disaksikan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan para pejabat Pemda DKI Jakarta, serta undangan lain termasuk para duta besar negara sahabat.

Masyarakat Betawi


Menurut garis besarnya, wilayah Budaya Betawi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Betawi Tengah atau Betawi Kota dan Betawi Pinggiran. Yang termasuk wilayah Betawi Tengah merupakan kawasan yang pada zaman akhir Pemerintah kolonial Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tempat seperti Tanjung Priuk dan sekitarnya. Sedangkan daerah - daerah lain diluar daerah tersebut, terutama daerah - daerah diluar wilayah DKI Jakarta, merupakan wilayah budaya Betawi Pinggiran, yang pada masa lalu oleh orang Betawi Tengah biasa disebut Betawi Ora.

Pembagian kedua wilayah budaya itu bukan semata - mata berdasarkan geografis, melainkan berdasarkan ciri - ciri budayanya, termasuk bahasa dan kesenian tradisi yang didukungnya. Menurut garis besarnya dialek Betawi dapat dibagi menjadi dua sub dialek, yaitu sub dialek Betawi Tengah dan sub dialek Betawi Pinggiran.

Di wilayah budaya Betawi Tengah tampak keseniannya sangat besar dipengaruhi kesenian Melayu, sebagaimana jelas terlihat pada orkes dan tari Samrah. Disamping itu masyarakatnya merupakan pendukung kesenian bernafaskan Agama Islam, sedangkan didaerah pinggiran berkembang kesenian tradisi lainnya, seperti Wayang Topeng,Lenong, Tanjidor dan sebagainya, yang tidak terdapat dalam lingkungan masyarakat Betawi Tengah.

Timbulnya dua wilayah budaya itu disebabkan berbagai hal, diantara lain karena perbedaan histories, ekonomis, sosiologis, perbedaan kadar dari unsure - unsure etnis yang menjadi cikal bakal masing - masing, termasuk kadar budaya asal suku yang mempengaruhi kehidupan budaya mereka selanjutnya. Agar hal - hal tersebut menjadi lebih jelas, maka selayang pandang akan disajikan latar belakang sejarah terbentuknya masyarakat Betawi, yang sangat erat kaitannya dengan sejarah Jakarta dan sekitarnya.

Monas dan Thamrin Jadi Pusat Kegiatan



JAKARTA, KOMPAS.com — Monas dan Jalan MH Thamrin menjadi pusat berbagai kegiatan penting di Jakarta, Minggu (31/5), termasuk di antaranya persiapan peringatan HUT Ke-482 Kota Jakarta.

Menurut data dari Traffic Management Center di website Ditlantas Polda Metro Jakarta Raya, rangkaian perayaan HUT Jakarta akan dilaksanakan pada pukul 06.00 hingga 10.00 yang berpusat di Bundaran Hotel Indonesia.

Selain itu, peringatan Hari Tanpa Tembakau dan kegiatan sepeda ontel yang diperkirakan melibatkan ratusan orang juga meramaikan Silang Monas. Ratusan orang yang berjalan kaki ataupun bersepeda telah memadati Silang Monas.

Car free day menjadi kegiatan rutin lainnya, di mana kendaraan roda empat dan roda dua tidak diperbolehkan melalui Jalan MH Thamrin hingga Jalan Jenderal Sudirman mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 14.00.

Dodol_khas_betawi



Dodol ataupun jenang sering identik dengan makanan khas Betawi, Garut dan Purwokerto. Namun, dodol merupakan sejenis makanan yang dikategorikan dalam jenis makanan ringan dan manis. Cukup sulit, membuat dodol yang benar-benar menghasilkan kenikmatan yang berkualitas tinggi, proses pembuatan yang lama serta keahlian yang tinggi pula.

Sebagai Ibukota Negara RI, Jakarta memiliki oleh-oleh yang demikian itu, Dodol Betawi. Masyarakat Betawi sangat antusias dalam menanggapi persoalan makanan manis ini. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat dodol terdiri dari santan kelapa, garam, gula pasir, tepung beras dan gula merah.

Condet, salah satu wilayah yang dijadikan sebagai pusat Cagar Budaya Betawi pada pemerintahan Gubernur Ali Sadikin sejak 1976, merupakan perwujudan makanan masyarakat Betawi yang bercirikhas seperti dodol. Peninggalan kebudayaan pada hal pangan ini, dapat anda jumpai pada Warung Dodol Bu Mamas di Jalan Batu Ampar I RT 13 RW 04 Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Selain itu, Jakarta menyimpan banyak lokasi dalam produksi pangan yang legit ini. Seorang wanita gigih di Jalan Kebagusan 3, Gg. Bakso, Ragunan, Jakarta Selatan, Nining yang merebah perjuangan bisnisnya sejak 1971 beserta suami, melanjutkan perjuangan neneknya yang hingga kini sudah meraih kesuksesan yang sangat gemilang. Berbagai gerai telah didirikan di wilayah nusantara, sedangkan Dodol Nining juga dijadikan sebagai oleh-oleh yang diimpor ke luar negeri.

Bagi anda pengunjung Jakarta dan penikmat dodol, tak perlu khawatir untuk membelinya di lokasi tersebut di atas, layak untuk direkomendasikan. Harganya pun relatif makanan ringan lainnya, berkisar antara Rp. 50.000,- hingga Rp. 100.000,- dalam ukuran setengah kuali yang berasa durian. Sedangkan bagi anda yang berminat membeli satu kuali, sekitar Rp 500.000.

Bahasa_Betawi

Bahasa Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia (bew) adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa Jawa, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan awalan me-, penggunaan akhiran -in (pengaruh bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau /ɛ/ pada beberapa dialek lokal.
Di bawah ini adalah beberapa kata dalam Bahasa Betawi dan artinya dalam bahasa Indonesia:
• siape = siapa
• ape = apa
• ade = ada
• aye = saya
• aje = saja
• Jakarte = Jakarta
• pastinye = pastinya
• katanye = katanya
• gile = gila
• ke mane = ke mana
• di mane = di mana
• sigit = masjid (berasal dari kata masigit dalam bahasa Sunda)

cinderamata_khas_betawi_Ondel-ondel


Ide kreatif bisa datang tiba-tiba dan tak terduga. Yusnita contohnya. Ibu tiga anak ini memang kreatif membuat kerajinan tangan. Di tangannya, shuttle cock bekas diubah menjadi mainan atau hiasan khas Betawi: ondel-ondel. Dari ide kreatif itu bertambah gendutlah kocek Yusnita.
Menurut dia, pembuatan mainan ondel-ondel terpikirkan ketika ikut lomba kerajinan tangan yang diselenggarakan pemerintah Jakarta Utara. Panitia lomba hanya mensyaratkan kerajinan tangan dibuat dengan model yang sudah umum di masyarakat. "Saya cari apa, ya, murah meriah dan unik khas Jakarta?" ujar penyelenggara kursus kerajinan dan rias pengantin ini. Pilihannya jatuh pada ondel-ondel sebagai mainan atau hiasan buatan tangannya.
Perempuan asal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, ini kemudian mencoba membuat ikon khas Jakarta itu dari botol. Hasilnya, "Sangat sulit dan gagal." Tak sukses dengan botol, Yusnita melirik shuttle cock bekas milik adiknya yang doyan main badminton. Simsalabim, imajinasinya langsung muncul. "Saya gambari shuttlecock itu jadi kepala dan wajah. Sedangkan bulunya itu sebagai badannya," ujarnya sembari terkekeh-kekeh.
Ondel-ondel dari limbah permainan bulu tangkis itu kemudian diberi tambahan mote-mote, jarum pentul, payet, dan kain flanel yang mencolok. Untuk ondel-ondel perempuan, diberikan sentuhan teratai di pembatas kepala dan jarum pentul dengan mote-mote. Sedangkan model laki-laki diberi sabuk pada pinggangnya. "Warnanya saya buat ngejreng dan "tabrakan". Ada hijau dengan merah, atau merah dengan biru, khas Betawi," katanya.
Hasilnya, ondel-ondel buatan Yusnita terpilih sebagai pemenang dalam lomba tersebut. Pemerintah Jakarta menobatkan kerajinan tangannya sebagai juara kreativitas. Sejak itu, kreativitas tangannya makin menjanjikan. Dia mulai rajin ikut pameran dari satu kota ke kota lain. Di setiap pameran, ondel-ondel buatan Yusnita ludes diborong pembeli. "Bahkan sempat diborong turis sebagai suvenir," katanya bangga.
Bahkan, pada saat Indonesia menggelar kejuaraan Piala Thomas dan Uber, Juni lalu, Yusnita tak ingin kehilangan kesempatan. Ondel-ondel buatannya dibuat dengan menampilkan bulu-bulu shuttlecock. "Saya namai Bang Thomas dan Nona Uber. Tapi begitu kalah, ya, aku namai Abang-None Jakarta," ujarnya.
Meski baru memulai usahanya pada tahun lalu, kerajinan tangannya kini bisa dijumpai di beberapa outlet, seperti Monumen Nasional, Cilandak Town Square, Pondok Indah, Tanah Abang, Dufan, dan Pasar Seni. Setiap bulan Yusnita menjual sekitar 100 ondel-ondel. Pemasukan terbesar didapatkan ketika mengikuti Pekan Raya Jakarta, dua bulan lalu. "Saya tidak menyangka bisa dapat Rp 16 juta," katanya.
Karena usahanya membesar, Yusnita kini dibantu 8-15 orang peserta kursus yang merangkap sebagai asistennya. Namun, jika order sedang melimpah, dia mengikutsertakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membuat ondel-ondel. Setiap hari sekitar 20-50 buah ondel-ondel bisa dihasilkan dari rumahnya.

Ondel-ondel dari Shuttelcock_Kerajinan_tangan_khas_betawi


Ide kreatif bisa datang tiba-tiba dan tak terduga. Yusnita contohnya. Ibu tiga anak ini memang kreatif membuat kerajinan tangan. Di tangannya, shuttle cock bekas diubah menjadi mainan atau hiasan khas Betawi: ondel-ondel. Dari ide kreatif itu bertambah gendutlah kocek Yusnita.
Menurut dia, pembuatan mainan ondel-ondel terpikirkan ketika ikut lomba kerajinan tangan yang diselenggarakan pemerintah Jakarta Utara. Panitia lomba hanya mensyaratkan kerajinan tangan dibuat dengan model yang sudah umum di masyarakat. "Saya cari apa, ya, murah meriah dan unik khas Jakarta?" ujar penyelenggara kursus kerajinan dan rias pengantin ini. Pilihannya jatuh pada ondel-ondel sebagai mainan atau hiasan buatan tangannya.
Perempuan asal Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, ini kemudian mencoba membuat ikon khas Jakarta itu dari botol. Hasilnya, "Sangat sulit dan gagal." Tak sukses dengan botol, Yusnita melirik shuttle cock bekas milik adiknya yang doyan main badminton. Simsalabim, imajinasinya langsung muncul. "Saya gambari shuttlecock itu jadi kepala dan wajah. Sedangkan bulunya itu sebagai badannya," ujarnya sembari terkekeh-kekeh.
Ondel-ondel dari limbah permainan bulu tangkis itu kemudian diberi tambahan mote-mote, jarum pentul, payet, dan kain flanel yang mencolok. Untuk ondel-ondel perempuan, diberikan sentuhan teratai di pembatas kepala dan jarum pentul dengan mote-mote. Sedangkan model laki-laki diberi sabuk pada pinggangnya. "Warnanya saya buat ngejreng dan "tabrakan". Ada hijau dengan merah, atau merah dengan biru, khas Betawi," katanya.
Hasilnya, ondel-ondel buatan Yusnita terpilih sebagai pemenang dalam lomba tersebut. Pemerintah Jakarta menobatkan kerajinan tangannya sebagai juara kreativitas. Sejak itu, kreativitas tangannya makin menjanjikan. Dia mulai rajin ikut pameran dari satu kota ke kota lain. Di setiap pameran, ondel-ondel buatan Yusnita ludes diborong pembeli. "Bahkan sempat diborong turis sebagai suvenir," katanya bangga.
Bahkan, pada saat Indonesia menggelar kejuaraan Piala Thomas dan Uber, Juni lalu, Yusnita tak ingin kehilangan kesempatan. Ondel-ondel buatannya dibuat dengan menampilkan bulu-bulu shuttlecock. "Saya namai Bang Thomas dan Nona Uber. Tapi begitu kalah, ya, aku namai Abang-None Jakarta," ujarnya.
Meski baru memulai usahanya pada tahun lalu, kerajinan tangannya kini bisa dijumpai di beberapa outlet, seperti Monumen Nasional, Cilandak Town Square, Pondok Indah, Tanah Abang, Dufan, dan Pasar Seni. Setiap bulan Yusnita menjual sekitar 100 ondel-ondel. Pemasukan terbesar didapatkan ketika mengikuti Pekan Raya Jakarta, dua bulan lalu. "Saya tidak menyangka bisa dapat Rp 16 juta," katanya.
Karena usahanya membesar, Yusnita kini dibantu 8-15 orang peserta kursus yang merangkap sebagai asistennya. Namun, jika order sedang melimpah, dia mengikutsertakan ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membuat ondel-ondel. Setiap hari sekitar 20-50 buah ondel-ondel bisa dihasilkan dari rumahnya.

Kamis, 29 Oktober 2009

Senjata Tradisional

GOLOK


Golok merupakan jenis senjata tajam masyarakat Melayu yang paling umum ditemukan, walaupun dengan penamaan yang berlainan berdasarkan daerahnya. Sebagian besar masyarakat di pulau Jawa sepakat menamakan senjata tajam jenis “bacok” ini dengan golok.
Pada masyarakat Betawi keberadaan golok sangat dipengaruhi kebudayaan Jawa Barat yang melingkupinya. Perbedaan diantara keduanya dapat dilihat dari model bentuk dan penamaannya, sedangkan kualitas dari kedua daerah ini memiliki kesamaan mengingat kerucut dari sumber pande besi masyarakat Betawi mengacu pada tempat-tempat Jawa Barat, seperti Ciomas di Banten dan Cibatu di Sukabumi.

Kamis, 22 Oktober 2009

Pakaian Tradisional Khas Jakarta...


Orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian. Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala (destar) dengan baju jas yang menutup leher (jas tutup) yang digunakan sebagai stelan celana panjang Melengkapi pakaian adat pria Betawi ini, selembar kain batik dilingkari pada bagian pinggang dan sebilah belati diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai baju kebaya, selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik.
Pada pakaian pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok etnis pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin wanita yang menggunakan syangko (penutup muka), baju model encim dan rok panjang memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina Uniknya, terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.

tari topeng khas jakarta


Tarian Topeng, salah satu khazanah budaya di Indonesia
Seperti juga budaya dan seni muzik, seni tari di Jakarta merupakan hasil perpaduan antara budaya masyarakat ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Cina seperti Jaipong yang mengunakan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta boleh dikatakan daerah yang paling dinamik kerana mempunyai seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamik selain seni tari lama.
Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat nenek moyang tanpa melalui konsep. Ada pengaruh budaya Sunda, namun memiliki ciri khasnya berupa selancar. Para penarinya menggunakan topeng yang mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam topeng betawi memakai bahasa Betawi. Dalam topeng betawi sendiri ada tiga unsur: musik, tari dan teater. Tarian dalam topeng betawi inilah yang disebut tari topeng. Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya tari topeng hingga ke manca negara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5 benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah Perancis, Cina dan Thailand.

KERAK TELOR MAKANAN KHAS BETAWI


Siapa tak mengenal kerak telor? Kerak Telor adalah makanan asli Betawi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan makanan khas Jakarta yang sudah mulai langka dijumpai. Keberadaannya mulai tergilas seiring pesatnya serbuan fast food di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menjadikan kerak telor semakin terpojok dan kehadirannya pun pudar ditelan jaman.
Pada masa kolonial Belanda dahulu, kerak telor sempat menjadi makanan elit khas Betawai yang terkenal kelezatan rasanya. Makanan ini dihidangkan saat pesta dan hajatan besar para pembesar pada masa itu. Namun semakin bergulirnya waktu, kehadiran kuliner-kuliner barat menggeser pesona kerak telor ini.
Semakin tergusurnya makanan khas betawi ini, terkadang membuat rasa kangen untuk kembali mengenang pada masa betawi tempo dulu. Kerak Telor adalah makanan khas Betawi, dengan bahan olahan seperti beras ketan putih, telur ayam/bebek, ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica, garam, dan gula butiran/pasir. Cara masaknya juga cukup unik. Ketika kerak telor telah setengah matang maka wajan pemasaknya dibalikkan dan kerak telor dibiarkan langsung terkena panas arang dari anglo sehingga kemudian menjadi sedikit gosong. Mungkin ini yang dinamakan keraknya.
Harganya pun sangat terjangkau yaitu sekitar Rp.5000 hingga Rp.7500. Harga ini bisa lebih mahal lagi ketika kini kerak telor bisa kita jumpai di mal-mal besar. Rasanya tidak kalah lezat dengan makanan modern seperti D’creeps, Omlete ataupun Burger. Untuk mendapatkan makanan favorit Si Pitung ini agak sulit. Kehadirannya mulai terbatas hanya ketika ulang tahun Jakarta saat Pekan Raya Jakarta digelar. Tapi ketika hari biasa agak jarang ditemui pedagang kerak telor ini, hanya dibeberapa tempat saja. Di Kampung Babakan Setu yang mayoritas penduduknya adalah asli Betawi dan termasuk dalam komunitas lingkungan yang dilestarikan kebudayaannya oleh Pemerintah Jakarta kerak telor sedikit mudah didapatkan. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling ramai untuk berjualan, karena pengunjung biasanya juga datang pada hari libur tersebut. Bagi pedagang kerak telor, hari libur saat yang paling ditunggu karena pada hari itu omset mereka cukup lumayan. Apabila hari biasa, umumnya pedagang kerak telor hanya berjualan ditempat-tempat keramaian seperti di pelataran mall dan itu pun omzetnya tidak terlampau banyak.
Entah sampai kapan keberadaan kerak telor sebagai kuliner peninggalan sejarah Betawi ini akan bertahan, namun melestarikan kuliner lokal dan warisan leluhur sendiri akan lebih membanggakan daripada kita mengangkat dan mengembangkan kuliner barat yang mulai menyerbu negeri ini. Selamat menikmati Kerak Telor!

WISATA

Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan


Bulan Juni merupakan bulan ulang tahun Jakarta. Biasanya banyak acara yang diadakan untuk menyambut ulang tahun Jakarta ini. Acara tahunan yang biasanya diadakan adalah Jakarta Fair yang diselenggarakan di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran.

Bila bosan dengan acara Jakarta Fair yang itu-itu saja, ada sebuah tempat wisata alternatif untuk melihat lebih dekat kebudayaan asli Betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Situ Babakan, yang terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Situ Babakan sendiri sebenernya nama sebuah danau buatan yang luasnya mencapai 32 hektar. Namun karena letak perkampungan ini sangat dekat dengan danau ini, orang lebih mengenal perkampungan ini dengan nama Situ Babakan.

Lokasi yang diresmikan menjadi kawasan wisata cagar budaya pada bulan Desember 2001 ini menggantikan perkampungan Betawi di Condet, Jakarta Timur, yang tergerus zaman.

Di kawasan ini kita bisa melihat kehidupan masyarakat Betawi asli lengkap dengan tradisi dan keseniannya, mulai dari bentuk arsitektur rumah, makanan khas, hingga kesenian ada semua di sini.

Saya menuju ke kawasan ini dengan menggunakan bus Kopaja S.616 jurusan Blok M-Pasar Minggu-Cipedak dan turun tepat di gerbang utama yang diberi nama Gerbang Bang Pitung.


Dari pintu gerbang ini saya berjalan kaki melalui jalan Moh. Kahfi II yang berpaving-blok sejauh kurang lebih 300 meter untuk mencapai danau, kemudian dilanjutkan dengan berjalan lagi sejauh 300 meter dari danau untuk mencapai Perkampungan Budaya Betawi.

Rumah-rumah di sekitar tempat ini sebagian besar berarsitektur Betawi. Memang ada aturan kepada warga di sini untuk membentuk rumahnya dengan arsitektur Betawi. Bahkan ketika saya mampir di masjid At-Taubah untuk melakukan sholat, saya terkagum-kagum dengan arsitektur masjid yang juga bercorak Betawi.

Mungkin karena akhir pekan, kawasan ini sangat ramai. Motor yang kebanyakan berisi pasangan muda-mudi banyak lalu lalang. Di lapangan tanah saya melihat anak-anak kecil sedang bermain sepak bola seperti melontarkan saya ke sisi lain Jakarta yang lebih membumi.

Saya pun mencapai danau. Wuih, rame banget! Para pengunjung pun terlihat asyik menikmati pemandangan danau yang bersih ini. Di tengah danau rupanya ada orang sedang bermain kano dan di pinggir-pinggir danau tampak beberapa orang sedang memancing.

Pengunjung juga bisa menyewa perahu bebek yang harus dikayuh untuk menggerakannya. Ongkosnya lima ribu rupiah per orang.

Berbagai makanan dan jajanan khas Betawi banyak dijajakan di sini. Hampir setiap 5 meter saya menemukan penjual Kerak Telor. Selain Kerak Telor, makanan lain yang bisa dijumpai adalah Soto Betawi, Bir Pletok, Roti Buaya, Dodol Betawi, dan lain sebagainya.